Rabu, 21 Oktober 2015

Apakah Sinetron Televisi Memiliki Peran Dalam Menumbuhkan Karakter Yang Baik Pada Remaja?



           Media televisi sudah menjadi sebuah kebanggaan dan semakin berkembang di Indonesia maupun luar negeri. Media televisi ini juga telah memperluas wawasan publik dengan sajian acara dialog, debat, talk show, diskusi dan berbagai acara yang informative dan edukatif. Selain itu, media televisi ini telah menjadi sahabat yang menemani anak-anak dan remaja. Didalam keluarga modern yang orang tuanya sibuk beraktivitas di luar rumah, televisi berperan sebagai penghibur dan pendamping anak-anak. Tapi sayangnya peran vital televisi sebagai media hiburan keluarga tampaknya belum mengimbangi dengan menu tayangan yang bermutu. Mengingat televisi sekarang ini lebih banyak mempertonotonkan cerita dalam bentuk sinetron. Yang dimana saat ini sinetron sedang menjadi trend pertelevisian Indonesia maupun luar negeri dibandingkan acara – acara yang lebih positif lainnya.  
Sinetron memang sudah tidak asing lagi didengar di telinga para remaja baik di Indonesia maupun luar negeri.  Sinetron juga kini didominasi oleh kisah-kisah percintaan orang dewasa, kekonyolan pelawak, rumah tangga dari keluarga elit, dan sejenisnya yang menunjukan bahwa tayangan televisi kurang diseleksi. Namun, tidak sedikit juga di dalam sinetron yang menambahkan unsur edukasi. Dengan begitu, sinetron dapat berpengaruh dalam kehidupan msyarakat terutama pada masa remaja karena seorang remaja cenderung masih labil dan dalam tahap berkembang menuju dewasa, sehingga masih banyak orang mengatakan bahwa remaja masih mencari jati diri mereka. Para remaja juga lebih ingin mengikuti trend yang ada di dunia maya ini dan mudah terpengaruh. Sebuah penelitian American Psychological Association (APA) pada tahun 1995, ‘bahwa tayangan yang bermutu akan mempengaruhi seseorang untuk berlaku baik, dan tayangan yang kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk belaku buruk’. Bahkan penetilian ini menyimpulkan bahwa hampir semua perilaku buruk yang dilakukan seseorang adalah pelajaran yang mereka terima sejak kecil. Jadi, apakah sinetron dapat menumbuhkan karaker yang baik pada remaja? Atau apakah sebaliknya?
Masyarakat yang pro terhadap sinetron beranggapan bahwa ini merupakan hal yang positif karena kita dapat mendapatkan moral dari sinetron. Saya percaya bahwa setiap sinetron yang telah ditayangkan telah diseleksi dan memiliki moral tersendiri. Hal ini juga dapat menumbuhkan unsur pembelajaran/edukasi dari kejadian-kejadian yang ditayangkan. Misalkan ada suatu kejadian yang menayangkan bahwa seorang gadis menderita di kemudian hari karena ia memilih untuk bersenang-senang dan menghamburkan uang, sedangkan seorang gadis lainnya yang suka untuk bekerja dan berusaha mencari penghasilan, mendapatkan kesuksesan di kemudian hari. Sangat jelas dapat diambil sebuah moral untuk tidak menghamburkan uang melainkan berusaha untuk mencari penghasilan sendiri atau paling tidak mencoba untuk menabung dan berhemat. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa sinetron dapat menjadi pembelajaran dari suatu kejadian tanpa harus mengalami kejadian tersebut.
Di samping itu, sinetron juga dapat menumbuhkan pembelajaran dalam tata cara berbahasa yang baik, baik itu bahasa Indonesia maupun bahasa asing. Menurut saya, sinetron memang membantu saya untuk berbahasa dengan lebih baik terutama dalam berbahasa inggris yang baik dan benar karena seiring waktu kita mendengarkan suatu bahasa secara rutin dan sering, maka sadar atau tidak sadar kita telah menambah wawasan dan ilmu serta kosakata kita dalam berbahasa. Didukung juga oleh sifat seorang remaja yang cenderung lebih memilih untuk belajar lewat beberapa film dan sinetron dibanding dengan belajar mengunakan buku dan latihan. Seperti halnya yang dikatakan oleh Rakhmad Fadli bahwa salah satu gagasan positif yang bisa dilakukan dunia pesinetronan adalah dengan memasang teks terjemahan pada percakapan di dalam tayangan karena akan lebih memudahkan untuk mengerti dan belajar. Walau penonton hanya bisa menyerap kalimat-kalimat yang diucapkan dengan singkat, setidaknya bisa membantu masyarakat Indonesia dalam memahami bahasa internasional tersebut.
Tidak hanya itu, sinetron juga dapat menjadi bahan entertaiment atau hiburan yang memang sudah menjadi hal yang penting namun bukan yang utama ditengah-tengah padatnya tugas pada anak remaja. Dengan menonton sinetron, seorang remaja dapat meninggalkan kehidupan seorang pelajar sejenak untuk menghilangkan stres karena tugas dan pelajaran. Tapi tentu saja hal ini tidak boleh menjadi alasan mereka untuk lupa atas tugas dan ulangan yang sudah menjadi kewajiban seorang siswa.  
Namun, di sisi lain sinetron juga mengundang dampak negatif bagi remaja. Salah satunya dikarenakan sinetron lebih condong kedalam kehidupan percintaan, hidup di kehidupan elit, kekonyolan dan lain sebagainya. Yang secara keseluruhan tidak mengandung unsur edukatif, bahkan dapat menumbuhkan sifat yang buruk. Seperti yang dikatakan oleh Herin, bahwa sinetron dapat membentuk masyarakat jadi konsumtif dan hedonisme dikarenakan melihat kehidupan yang ada disinetron sedemikian elit dan serba glamour. Hal ini juga ditambah sifat remaja yang gampang terpengaruh, mudah gengsi dan sebagai manusia berdosa yang selalu ingin mencari kepopuleran dan kenyamanan di dunia ini.
Terlebih lagi, sinetron juga dapat membuat remaja membayangkan sinetron sebagai dunia yang sebenarnya. Yang saya maksudkan di sini adalah sinetron merupakan sebuah film yang dibuat dan tidak nyata di kehidupan yang sebenarnya kita jalani, jadi tokoh, kejadian dan berbagai hal yang ada di dalam sinetron tidak jarang hanya sebuah khayalan belaka. Jika seorang remaja terlalu sering menonton sinetron, maka ia akan mengaharapkan untuk hidup seperti yang ditayangkan didalam sinetron yaitu untuk hidup mencari kebahagian dan kenyamanan. Sehingga saat rencana mereka tidak berjalan sebagaimana seharusya, ia akan menumbuhkan sifat yang buruk bagi remaja.
Selain itu, sinetron juga memiliki durasi yang panjang hingga berpuluh-puluh episode bahkan adayang mencapai ratusan, yang membuat para remaja lupa akan waktu. Para remaja cenderung ketagihan karena penasaran dengan episode berikutnya yang membuat mereka ingin menonton lagi dan lagi hingga mereka lupa waktu. Hal inilah juga yang membuat remaja menjadi malas-malasan untuk mengerjakan tugasnya sebagai remaja dan lebih memprioritaskan untuk menonton sinetron yang lebih menarik. Pernyataan ini juga didukung oleh Lanny, seorang guru SD yang mengatakan bahwa sinetron memang memiliki durasi panjang dan banyak menyita waktu para remaja sehingga mereka juga memiliki ketergantungan terhadap televisi yang membuat mereka bermalas-malasan.
Dari beberapa hal diatas, dapat saya simpulkan bahwa penayangan program sinetron di televisi dapat mempengaruhi tingkah laku kehidupan masyarakat sehari-hari terutama remaja, hal ini disebabkan karena sifat manusia sebagai makhluk imitatif atau peniru. Manusia meniru apa saja yang ia lihat dan apa yang ia inginkan untuk ditiru. Apalagi di usia remaja yang memang sedang berada dalam tahapan meniru/imitasi. Jika yang ditiru adalah hal-hal positif, tentu tidak akan menjadi masalah karena dari situ manusia akan belajar bagaimana berperilaku yang baik. Namun yang ditakutkan apabila yang ditiru adalah hal yang negatif yang bisa mendorong manusia berperilaku negatif. Karena kita tahu hal yang negatif itu lebih mudah ditiru daripada hal-hal yang positif. Jadi yang perlu dilakukan adalah bagaimana meminimalisir sekecil mungkin hal negatif dalam penayangan sinetron tersebut. Dan hendaknya masyarakat harus bersikap selektif dalam memilih tayangan program sinetron agar mampu membentuk pribadi yang positif. Tidak ada salahnya kita untuk menonton sinetron untuk sebagai hiburan semata, namun jangan jadikan sinetron sebagai hal yang utama untuk ditonton.
            Saat menonton sinetron, kita harus cerdik untuk mengambil sisi positif dan buang sisi negatif sebagai pembelajaran. Juga mengatur waktu dengan baik, jangan sampai lupa akan waktu dan bermalas-malasan. Selain itu, para pemilik stasuin televisi juga harus menyeleksi film-film yang ditayangkan karena semakin berubahnya perkembangan zaman dan meningkanya teknologi, tayangan televisi yang menonjolkan unsur edukasi semakin lama semakin berkurang. Berbeda dengan era tahun 90an dan sebelumnya sinetron memiliki unsur edukasi yang sangat jelas, baik di Indonesia maupun luar negeri.(Fiona 12 IPA 1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar